Mycobacterium tuberculosa



Bakteriologi– Didalam sistematika, genus mycobacterium masuk family mycobakteriaceae dan ordo actinomycelatales. Mycobacterium terdiri dari beratus-ratus spesies. Sebagian besar hidup sebagai saprofit di alam bebas di antara spesies tersebut adalah :
  1. M. tuberculosa
  2. M. leprae
  3. M. kansasi
  4. M. africanium
  5. M. genevense

Hanya beberapa spesies yang dapat menimbulkan penyakit, spesies yang terpenting adalah :
  • Mycobacterium tuberculosa.
  • Mycobakterium leprae.
Media eksklusif/khusus untuk TBC adalah Lowenstein Jensen Media
Morfologi dan Fisiologi
  • Bentuk batang, ramping, lurus atau agak bengkak, ujung membulat, Gram (-).
  • Tidak berspora.
  • Tidak bergerak.
  • Tidak mempunyai kapsul.
  • Panjang 1 – 4 mikron dan Lebar 0,2 – 0,5 mikron.
  • Bersifat aerob.
  • Suhu optimum 37° C (tipe human dan bovin), 40° C (avian).
  • pH optimum 6,8.
  • Tahan terhadap pencucian asam dan alkohol.
  • Tidak dapat di warnai dengan pewarnaan biasa, dinding bakteri tebal, terdiri 3 lapisan : Lipid, protein dan Polisakarida.
  • Dalam pertumbuhannya memerlukan O2.
  • Tumbuh bambat pada media.
Dalam sel lipid sebagian besar terikat pada protein dan polisakarida lipid dalam batas-batas tertentu bertanggung jawab terhadap sifat tahan asam bakteri, sifat tahan asam bakteri bergantung pada keutuhan dinding sel dan adanya lipid tertentu ( As. Nikolat, Lilin, fosfatida).

Resistensi ( daya tahan kuman).
  • Mycobacterium tuberculosa dalam kultur dapat bertahan hidup 2 – 8 bulan dan mati bila terkena sinar matahari secara langsung selama 2 jam. Tetapi basil dalam sputum dapat bertahan 20 - 30 jam.
  • Dalam sputum yang membusuk basil TBC dapat bertahan berminggu-minggu.
  • Dalam sputum yang kering dapat bertahan berbulan-bulan.
  • Dalam sputum kering yang berterbangan sebagai debu di udara basil TBC dapat hidup selama 8 – 10 hari.
Kuman dapat di matikan dengan desinfektan fenol 5% selama 24 jam dan tidak tahan terhadap pemanasan basa di bandingkan kuman lain.
Mycobacterium tuberculosa
Dikenal sebagai :
  1. M. tuberculosa tipe Human = Penyebab TBC pada manusia
  2. M. tuberculosa tipe Bovin = Penyebab TBC pada sapi
  3. M. tuberculosa tipe Avian = Penyebab TBC pada burung
  4. M. tuberculosa tipe Murine = Penyebab penyakit pada tikus
Tipe-tipe ini dapat di bedakan dengan test kultur dan patogenitasnya terhadap hewan-hewan percobaan.


Tipe Human
  • Tumbuh subur pada media Lowensten Jensen, pada suhu 37° C.
  • Menghasilkan pigmen kuning muda sampai jingga.
  • Pertumbuhan di percepat dengan penambahan gliseros.
  • Patogen terhadap marmut tetapi tidak patogen terhadap kelinci dan ayam.
  • Memecah niasin pembuat.
Tipe Bovin
  • Dalam media yang cocok tumbuh lambat dan kurang subur.
  • Terpacu pertumbuhannya bila di biakkan dalam media tanpa gliserol karena kuman ini gliserolfobi.
  • Tidak berpigmen.
  • Lebih virulen terhadap marmot dan kelinci dan tidak pada ayam.
  • Tidak memecah niasin

Tipe Avian
  • Tumbuh paling baik pada suhu 40° C atau lebih.
  • Dipacuh pertumbuhannya dengan penambahan gliserol.
  • Memproduksi pigmen.
  • Lebih virulen terhadap ayam daripada marmot dan kelinci.

TBC pada manusia
TBC dapat menyerang bermacam-macam jaringan tertentu. Penyakit TBC dapat di sebabkan oleh mycobacterium TBC tipe Human dan mycobacterium tipe Bovin. TBC yang paling sering/banyak di jumpai ialah TBC paru. TBC paru dapat di gambarkan sebagai suatu radang paru-paru, dimana jaringan dan pembuluh darah di paru-paru rusak dan terjadi perdarahan dan darah ini keluar bersama sputum, mengakibatkan 90% falas. Walaupun sering terjadi TBC tulang dan persendian, abses jaringan lunak, infeksi Gastro intestinal dan ginjal serta meningitis, penyakit ini bersifat menahun.


Gejala klinis
Karena basil tuberkel dapat menyerang setiap organ tubuh, gejala kliniknya sangat mudah berubah-ubah, kelelahan, lemah, berat badan menurun dan demam, dapat menyebabkan tanda penyakit TBC. Serangan pada paru-paru dapat menimbulkan batuk kronis dan batuk berdarah, biasanya terjadi bila sudah sangat lanjut.


Diagnosa Lab
  1. Pemeriksaan mikroskopis (menggunakan skala Bronkhost) adalah untuk menyatakan jumlah kuman yang di lihat pada sediaan.
  2. Penanaman/kultur ke media Dubes, Lowensten Jensen dan Petroff, sebelum di lakukan kultur spesimen di homogenisasi  dengan H2SO4 4 % atau cara psiofarma.
  3.  Test Virulensi.
  4. Test Katalase.
  5. Test Peroksidase.
  6. Test Niasin menurut KENNO.
  7. Test Nitrat menurut Virtanen Eries.

Reaksi TBC – Test mantoux
0,1 ml – 1/1000  OT (Old Tuberculin) atau 0, 0002 ml di suntik secara intrakutan dan selama 48 jam sesudah penyuntikan di adakan pembacaan di tempat suntikan, apabila di tempat suntikan timbul kemerah-merahan dan indurasi dengan ukuran 10 x 10 mm berarti reaksi positif (penderita TBC). Dari tempat suntikan tidak timbul apa-apa berati reaksi negatif.


Pengobatan
  • Dengan streptomycin, INH dan PAS.
  • Dengan Ethambutol, Pyroxinamin, cycloserin, Viomycin dan Ethionamid.